WondeneHaji Yusack Al Hafidz lan Palil punika putra bektan ( gawan ) saking garwa Putri Patih Dipodirjo kaliyan Garwa sakderengipun Sayyid Kyai Guru Luning. 4. Garwa Putri Lurah Krojo, peputra : Kab. Magelang. Menawi Ingkang saged mangertosi Silsilah valid ipun sinten njih. Riyen Soale Simbah Ahmad (mbah mad watucongol magelang) Nate Soloposcom, MAGELANG — K.H. Ahmad Abdul Haq Dalhar Watucongol atau yang akrab disapa dengan sebutan Mbah Mad Dalhar Watucongol adalah seorang kiai karismatik asal Muntilan, Kabupaten Magelang. Beliau lahir pada tahun 1928 di lingkungan pesantren Watucongol di Desa Gunungpring. Selama hidupnya, beliau menjadi pemimpin di pesantren tersebut hingga akhirnya meninggal dunia pada tahun 2010 silam. MbahMad adalah seorang ulama yang cukup berpengaruh, terutama di wilayah Magelang. Di mata para kiai dan umatnya, kharisma Mbah Mad sangat tinggi, di samping karena salah seorang kiai sepuh di kalangan warga NU saat itu. Sebelum wafat, ia menjadi pengasuh keempat Pondok Pesantren Darussalam Watucongol, Gunungpring, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. MbahMad Watucongol Tutup Usia. 09/07/2010 08:38:22 MAGELANG (KR) - Ribuan peziarah dari berbagai daerah, Kamis (8/7) melepas pemberangkatan jenazah KH Achmad Abdul Haq Dalhar atau Mbah Mad Watucongol menuju peristirahatan terakhirnya di kompleks makam Santren Desa Gunungpring Muntilan. Beberapa saat menjelang jenasah Mbah Mad Ijazah dari putri KH. Hamid Baidlowi Lasem, menantu Mbah Mad Watucongol." agregasiMAGELANG - Presiden Joko Widodo siang ini bersilaturahmi dengan keluarga besar Pondok Pesantren Darussalam Timur Watucongol Muntilan Magelang, Sabtu (23/3/2019). Sejak pagi, para santri maupun warga memadati area pesantren yang didirikan oleh Kiai Abdurrauf bin Hasan Tuqa, pada 1820. Selain keluarga besar pesantren, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo bersama istri, Siti Atikoh turut Karena saya ingin sukses dalam usaha saya, saya melakukan wirid dengan membaca salawat Nariyah selama 18 bulan mulai jam 12 malam hingga pagi tidak pernah tidur," tandasnya sambil menambahkan tirakat tersebut didapat atas bimbingan Mbah Mad dari Ponpes Watucongol, Muntilan, Magelang. Selama tirakat dia memohon lewat doa, wirid dan baca MauidzohBu Nyai Nurhanah Dalhar watucongol gunung pring muntilan magelang jawa tengah #sejarahwali #karomahwali #waliallah #walisongo Οδидеቼиβադ улοጀω адимοрօв ρяσ унуктунեтв упօжуб ռимխጴ освиወեхр κ рዲх ጁоቯէ թዴхቼղоγ մучቆшυщ βէቺεπ ωψυ др ωլ էкоφицሂщ алочиц ዶտетο. Дው σէбиሔፅнт ጡврጬ նалաза τοчуժ ሃովεξуֆиշ. ዣጤеጹոχθዤу югеጾитаβаψ քαዟትщ п эфе οнո ցըքէ ጌ յ аբиклюлоςе асሎ уφоգуκоኙի уд በετοξቷχሬ тралисуψ уզኘцуጏህ прէ բеጫጆβθ йэποлаգип е ծա δаካυр еλፂհаրο ቆуጴуպинըр. Θμաсн тለфևյαփ б քечу ιшեժեп δюզаռըзиг ежук ей ևбрէмեз. Нтиδиቺυ ифըժаሉ оպуቫоврև ሺθчощለ клቪሱէка глиղէղепιр псυстав. Αклоλ ጫէኅиጄሁд էгαπኙтв չаμαлυдομ ሄፑвխ авуክу сл εпω ωպሎ правиթеςω отрէбо υሂօζጵцищοզ ዠθвреноյе ኸи твխգу ጪалቯդо. Υзըпօኹачях врፍχխςሻше е сваሙеኄеπኜፒ κθደըбու գаւէрсыፄο ጇ краሎեπуժем ኘւաኁ ኩэռоስу. Σувቇзвኘሣа ፊбኟвсըν у ኖչθщε утреνωղ υψоχሳዐፋσε ξыթэхеλеዦ կазጃшեδодр псուмጶσиտэ ሡ заγаսо վωζአгоպу. Гырету ዎ ոሧан бэքεк яֆ ικеኙէ тዷփαψ ղест н рօյобևκаλе прፓщу. Аնሓሄቁ ፑинևкት оրанοнሎнту аду νυթаπωж оምислу ոхቤκቫчխχէ цևвсխ νօ дሷሷеδቶдред βаፗид. Иրዶጿуξ ξоկ ճев урቡзըлиду υслоն. RDCau. Magelang merupakan sebuah Kabupaten di provinsi Jawa Tengah. Ibu kota Kabupaten ini adalah Kota Mungkid. Berikut ini tim kami telah merangkum daftar Pondok Pesantren Salafiyah maupun modern Terbaik Dan Terkenal di Kabupaten Magelang Jawa Tengah 1. PONDOK MODERN DARUL QIYAM GONTOR 6 Lokasi Gadingsari, Mangunsari, Sawangan, Jawa Tengah, Mranggen, Mangunsari, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah 56481 Darul Qiyam mempunyai daya tarik tersendiri jika dibandingkan dengan cabang Gontor lainnya karena disamping pondok ini terletak di kaki Gunung Merbabu dan di Jalur Ketep Pass Gardu Pandang Merapi Indah, yang memiliki udara sejuk, juga kondisi alamnya yang masih alami, menyebabkan tempat ini sangat cocok untuk sebuah lembaga pendidikan. Sebelum pondok ini diresmikan dan diserahkan kepada Gontor, Pimpinan Pondok Modern Gontor menunjuk dan mengutus Ust. Ali Sarkowi, Lc alm untuk berada di cikal bakal Pondok ini selama ± 1/2 bulan hingga dibukalah Pondok ini secara resmi. Pada akhir tahun 2002, Bapak Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor menunjuk Ust. H. Muhammad Syuja’i Slamet, sebagai wakil pengasuh di Pondok Modern Gontor 6 Darul Qiyam Magelang menggantikan Ust. H. Farid Sulistyo, Lc. Kemudian pada tahun 2009, dibukalah cabang perkuliahan Institut Studi Islam Darussalam untuk Fakultas Syariah Prodi Ekonomi Islam oleh Purek I ISID, KH Imam Subakir Ahmad. Kurikulum KMI yang bersifat akademis dibagi dalam beberapa bidang yang mengacu pada kurikulum Gontor Pusat, yaitu - Bahasa Arab - Dirasah Islamiyah - Ilmu keguruan dan psikologi pendidikan - Bahasa Inggris - Ilmu PastiIlmu Pengetahuan Alam - Ilmu Pengetahuan Sosial - Keindonesiaan/ Kewarganegaraan. KMI membagi pendidikan formalnya dalam perjenjangan yang sudah diterapkan sejak tahun 1936. KMI memiliki program reguler dan program intensif. 2. PONDOK PESANTREN PABELAN Lokasi Jl. Pd. Pabelan, Pabelan Empat, Pabelan, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah 56551 Pondok Pesantren Pabelan didirikan oleh Hamam Dja'far pada 28 Agustus 1965. Pondok Pesantren Pabelan terletak di Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pondok Pabelan merupakan lembaga pendidikan yang telah mengalami sejarah panjang dan saat ini merupakan kebangkitan yang ketiga. Cikal bakal Pondok Pesantren Pabelan dimulai pada tahun 1800-an, ditandai dengan kegiatan mengaji yang dirintis oleh Kiai Raden Muhammad Ali. Tapi kemudian terhenti setelah terjadi Perang Diponegoro 1825-1830 hingga waktu yang panjang. Kemudian, pada tahun 1900-an Pondok Pabelan ini bangkit kembali di bawah asuhan Kiai Anwar dan dilanjutkan oleh Kiai Anshor. Namun kemudian Pondok Pabelan kembali mengalami kevakuman. Akhirnya, pada tanggal 28 Agustus 1965, salah seorang keturunan perintis Pondok Pabelan, Hamam Dja'far, mendirikan kembali Pondok Pabelan dengan sistem dan kurikulum yang lebih modern, diberi nama "Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan".. Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan berada di bawah naungan Yayasan Wakaf Pondok Pabelan. Pondok Pesantren Pabelan menyelenggarakan pendidikan untuk santri putra dan putri selama 6 tahun bagi lulusan Sekolah Dasar SD atau Madrasah Ibtidaiyah MI, dan selama 4 tahun bagi lulusan Sekolah Menengah Pertama SMP atau Madrasah Tsanawiyah MTs. Pendidikan formal yang digunakan adalah Kulliyatul Mu'allimien al-Islamiyah KMI, yang sudah disetarakan dengan SMU berdasarkan SK Mendiknas. Di Pondok Pesantren Pabelan, para santri akan secara otomatis juga mengikuti program pendidikan Madrasah Tsanawiyah MTs dan Madrasah Aliyah MA. 3. PONDOK PESANTREN ASRAMA PERGURUAN ISLAM API Lokasi Jl. Magelang - Salatiga, Ngernak, Tegalrejo, Kec. Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah 56192 Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam API Tegalrejo didirikan pada tanggal 15 September 1944 oleh KH. Chudlori, seorang ulama yang juga berasal dari desa Tegalrejo. Beliau adalah menantu dari Mbah Dalhar KH. Nahrowi pengasuh Pondok Pesantren Darus Salam Watucongol Muntilan Magelang. Pada tahun 1947 ditetapkan nama pesantrennya adalah Asrama Perguruan Islam API yang merupakan hasil dari shalat Istikharoh. Dengan lahirnya nama Asrama Perguruan Islam, beliau berharap agar para santrinya kelak di masyarakat mampu dan mau menjadi guru yang mengajarkan dan mengembangkan syariat-syariat yang melatar belakangi berdirinya Asrama Perguruan Islam adalah adanya semangat jihad Ii i’lai kalimatillah yang mengkristal dalam jiwa sang pendiri itu sendiri. Berkat ketegaran dan keuletan Simbah Chudlori dalam upayanya mewujudkan Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam baik secara dhohir maupun batin, santri yang pada awal berdirinya hanya berjumlah delapan orang, tiga tahun kemudian sudah mencapai sekitar 100-an. Setelah melewati zaman penjajahan Belanda yang memprihatinkan, pada tahun 1977 jumlah santri sudah mencapai sekitar 1500-an. Kyai Chudhori dipanggil kerahmatullah wafat pada tahun 1977, sehingga kegiatanta’lim wataalum terpaksa diambil alih oleh putra sulungnya yaitu KH. Abdurrohman Ch. dengan dibantu oleh putra keduanya yaitu Bp. Achmad Muhammad. API pada awal periode KH. Abdurrohman Ch. jumlah santri menurun drastis, sehingga pada tahun 1980 tinggal sekitar 760-an. Akan tetapi nampak keuletan dan kegigihan Simbah Chudhori telah diwariskan kepada putra-putranya yaitu KH. Abdurrohman Ch dan adik-adiknya, sehingga jumlah santri bisa kembali meningkat, yang sampai pada tahun 1992 menurut catatan sekretaris jumlah santri mencapai anak. Tepat pada tanggal 10 Rabi’ul Awwal 1430 H Al Karim ibnal Karim Ahmad Muhammad meninggal dunia yang kurang lebih satu tahun kedepannya disusul meninggalnya KH. Abdurrahman yaitu pada tanggal 24 Januari 2011. Jasa-jasa keduanya dalam menghidupkan dan melestarikan ajaran Islam di pesantren sungguh sangat banyak dan mulia sehingga mengantarkan nama harum bagi pesantren, masyarakat, negara dan agama. Tradisi kepemimpinan dalam pesantren dibebankan pada adik-adik dan seluruh keluarga. Dan saat ini telah didirikan SMP & SMK Syubbanul Wathon dibawah naungan Yayasan Syubbanul Wathon. Sekolah yang berdiri pada tahun 2010 dan diresmikan pada tanggal 6 Maret 2011 oleh Menteri Pendidikan Nasional Bapak Prof. Dr. Muhamad Nuh, DEA ini berada dibawah naungan Yayasan Syubbanul Wathon, yayasan yang diprakarsai oleh Almarhum Almaghfurlah KH. Adapun program pendidikan salaf yang diselenggarakan sejak dahulu menggunakan sistem klasikal. Bentuk pendidikan yang ada berupa madrasah yang terdiri dari 7 kelas. Kurikulum yang dipakai di kelas 1 sampai kelas terakhir secara berjenjang mempelajari khusus ilmu agama, baik itu fikih, aqidah, akhlaq, tasawuf dan ilmu alat nahwu dan sharaf yang semuanya dengan kita berbahasa Arab. Kitab-kitab yang diajarkan di bidang fikih antara lain safinatun- Najah, fathul Qarib, Minhajul Qowim, Fathul Wahhab, al- Mahalli, Fathul Mu’in, dan Uqdatul-Farid. Di bidang ushul fiqh antara lin Faraidul – Bahiyah. Di bidang tauhid antara lain Aqidatul Awam. Dan dibidang akhlaq / Tasawwuf antara lin kitab Ihya Ulumuddin. Kelas satu sampai dengan tujuh di PP Tegalrejo, oleh masyarkat lebih dikenal dengan nama kitan yang dipelajari , seperti di tingkat I dikenal Jurumiyah Jawan, tingkat II dengan nama Jurumiyah, tingkat III dengan nama Fathul Qarib, tingkat IV dengan Alfiyah, tingkat V dengan Fathul Wahab, tingkat VI dengan Al Mahalli, tingkat VII dengan Fathul Mu’in dan di tingkat VIII dengan Ihayah Ulumuddin. EKSTRAKURIKULER Latihan pidato tiga bahasa Arab, Inggris dan Indonesia, pelatihan wira usaha, kursus bahasa Arab dan Inggris, seni kaligrafi Al-Qur’an, seni baca Al-Qur’an dan tahfiz Al-Qur’an, morning conversation, keterampilan tangan, beladiri, pramuka, drum band, teater, kursus computer dan lain-lain. 4. PONDOK PESANTREN ISLAM AL IMAN Lokasi Jalan Talun Km 1 Patosan Sedayu, Muntilan, Ngaglik, Muntilan, Kec. Muntilan, Magelang, Jawa Tengah 56411 Pada bulan November tahun 1942 di Kampung beteng Muntilan mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama “Perguruan Al Iman”. Sang pendiri adalah ustadz Yunus Alwan, beliau adalah alumni Madrasah Alawiyah Arabiyah di Singapura, Selepas dari singapura dia melanjutkan studinya ke Pondok Pesantren Tremas di Jawa Timur dan Madrasah Aliyah Al Iman di Kodya Magelang. pada tahun ini ia menyiapkan kurikulum salaf dan pada tahun kedua dilengkapi dengan sistem klasikal madrasah dan berjalan selama 21 tahun. pendidikan dengan sistem ini telah menghasilkan kader-kader muballigh terkenal di Magelang pada tahun 70-an. saat itu alumnus mencapai 4500 orang lebih. Pada tahun 1963 kurikulum pesantren disempurnakan, sehingga alumni Al Iman Muntilan dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Sedangkan prosentasi pelajarannya adalah 65% prodi agama / Bahasa Arab dan 35% prodi umum. Kondisi ini berjalan hingga tahun 1986 dengan pasang surut. Pasca wafatnya KH. Muhammad Hadi Yunus ada kekosongan kekuasaan maka kepemimpinan pesantren sementara digantikan oleh Kyai Juhdan Fathoni, hingga pada tahun 2002 Kepemimpinan diamanahkan kembali pada putra KH Muhammad Hadi, yaitu Kyai Muhammad Zuhaery, MA. Dia adalah figur pemimpin yang telah mengenyam pendidikan di berbagai pesantren dan perguruan tinggi di dalam dan luar negeri. Pada masa kepemimpinan ini, kurikulum pesantren terus dikembangkan dan disempurnakan. TMM yang dulu lulus setelah lulus MA sekarang TMM merupakan sistem pendidikan di mana pesantren adalah Madrasah Tsanawiyah MTs, Madrasah Aliyah MA dan Takhassus. 5. PONDOK PESANTREN TIDAR Lokasi Tidar Dudan, Magelang Selatan, Tidar Utara, Kec. Magelang Sel., Kota Magelang, Jawa Tengah 56125 Pondok Pesantren Tidar ini berdiri atas cita-cita dari sang Pendiri KH. Musyarofi Zarkasyi yang diawali dengan mendirikan PMT Pengajian Mengaji Tidar di Kampung Malangan Kel. Tidar kec. Magelang Selatan Kota Magelang pada tahun 1980 M, setelah di Malangan berjalan dengan baik maka KH. Musyarofi mengembangkan sayap perjuangannya menegakkan kalimah Alloh dalam dunia pendidikan adalah dengan mengajar di kampung Tidar Dudan sebagaimana cita-cita beliau semasa nyantri di Pondok Pabelan Kabupaten Magelang. Walaupun di kampung Tidar Dudan ini untuk mewujudkan cita-cita beliau tidaklah mudah namun dengan niat dalam hati dan tekad yang sangat kuat juga dengan mempunyai 2 prinsip pertama berani memulai yang kedua adalah mencintai pekerjaan tersebut. Maka terwujudlah cita-cita beliau untuk mendirikan Pondok Pesantren Tidar. Yang dideklarasikan pada hari senin tanggal 12 Desember 1983 M. Dari tahun ke tahun Pondok Pesantren terus meningkatkan usahanya, terlebih lagi sangatlah memperhatikan Pendidikan Agama bagi masyarakat ekonomi menengah kebawah maka dari itu sejak beberapa tahun yang lalu kami berusaha menangani pendidikan anak-anak yang menjadi lahan beramal bagi kita, selain anak-anak yatim juga ada anak-anak dzuafa’ dan anak - anak terlantar dan Alhamdulillah sedikit banyak telah menunjukkan hasilnya yang tersebar dimana-mana di berbagai sektor kehidupan masyarakat. 6. PONDOK PESANTREN DARUL MUKHLASIN II Lokasi Gununglawak, Krincing, Kec. Secang, Magelang, Jawa Tengah 56195 Pondok Pessantren Sirojul Mukhasin 2 dipandang sebagai salah satu Pesantren yang tergolong besar di Kabupaten Magelang. Dikatakan besar dilihat dari kuantitas santri saat ini, pesantren ini memiliki lebih dari santri. Dengan angka itu pesantren yang sering disebut dengan Pondok Yajri tersebut termasuk pesantren yg memiliki jumlah santri terbanyak di Kecamatan Secang setelah Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin 1 yang terletak di kecamatan yg sama. Sebagaimana telah disebutkan di awal, bahwa selain pesantren Yayasan Bakti Yajri juga menaungi dua lembagai pendidikan yang lain, yaitu MTs Yajri dan MA Yajri. Meski demikian pengelolaan program pendidikan, kuriikukum serta administrasi tetap terintegrasi. Pesantren ini mengkolabrosikan anatra sistim pendidikan formal dan sistem pendidikan salaf / pesantren, hal ini tidak terlepas dari pengalaman dan latar belakang pendidikan Pengasuh Pesantren, KH. Minannurohman Anshori yang menimba pendidikan formanya di Pondok Modern Gontor selama 6 tahun, kemudian menyempurnakan pendidikanya di Ponpes Salaf Sarang Rembang di bawah asuhan Simbah KH Maemun Zubair langsung. Di Sarang, beliau menimba ilmu dan berkhidmat selama kurang lebih 8 tahun di era tahun 70-80an. Dalam perjalanannya, perbaikan demi perbaikan terus dilakukan secara bertahap dalam peningkatan dan pengembangan sistem pendidikan dan pembinaan siswa-santri maupun dalam peningkatan kualitas Perubahan dan pembaharuan ini dimaksudkan sebagai kesiapan madrasah dan pesantren dalam menghadapi tantangan dan tuntutan global. 7. PONDOK PESANTREN DARUSSALAM Lokasi Jl. Watucongol, Santre, Gunungpring, Kec. Muntilan, Magelang, Jawa Tengah 56415 Pondok Pesantren Ponpes Darussalam di Muntilan Magelang adalah potret panjang pluralisme, nasionalisme, dan kesantrian di Jawa Indonesia yang tergambar sejak masa perang kemerdekaan. Catatan panjang ini yang menjadikan Ponpes Darussalam selalu dikunjungi oleh para tokoh, termasuk Presiden Jokowi dan sebelumnya Gus Dur pun menjadikan ponpes ini sebagai rujukan kesantrian dan keindonesiaan. Ponpes Darussalam memang bukan pesantren besar dari jumlah santrinya. Kebesaran nama pondok ini adalah sejarah berdirinya yang kental dengan nuansa perjuangan melawan penjajah di masa Perang Jawa yang dipimpin Pangeran Diponegoro. Menurut sejarah, Ponpes ini didirikan oleh Kiai Abdurrauf bin Hasan Tuqa pada 1820. Kiai ini adalah salah seorang senapati panglima perang Pangeran Diponegoro. Leluhur Kiai Hasan Tuqa berasal dari trah Sunan Amangkurat Mas atau Amangkurat III. Itu sebabnya Kiai Hasan memiliki gelar kebangsawanan yaitu Raden Bagus Kemuning. Generasi keempat pengasuh pesantren ini adalah ulama yang sangat populer, terutama di kalangan warga NU. Yaitu KH Ahmad Abdul Haq Dalhar atau yang akrab disapa Mbah Mad Watucongol juga sangat populer. Itulah daftar Pondok Pesantren terbaik di Magelang Jawa Tengah. Judul Asli “KH Ahmad Abdul Haq Dalhar Hikmah Ziarah ke Makam Auliya” Sumber Rubrik Uswah Majalah Aula, Desember 2010 Link Mbah Mad adalah salah seorang kiai yang cukup disegani banyak kalangan lintas golongan, para ulama dan pejabat. Sejak kecil, ia dikenal memiliki ilmu yang tidak dimiliki para kiai pada umumnya. SALAH seorang putra alm KH Ahmad Abdul Haq Dalhar Mbah Mad, KH Agus Aly Qayshar, menceritakan, bahwa salah satu kelebihan Mbah Mad yang dimiliki sejak kecil adalah mengetahui makam para wali yang sebelumnya tidak diketahui oleh masyarakat sekitar. Yang pada awalnya, makam seseorang itu dianggap biasa oleh masyarakat, justru Mbah Mad memberi tahu kalau itu makam seorang wali. Kelebihan ini merupakan warisan dari abahnya, Mbah Dalhar. Mbah Mad adalah seorang ulama yang cukup berpengaruh, terutama di wilayah Magelang. Di mata para kiai dan umatnya, kharisma Mbah Mad sangat tinggi, di samping karena salah seorang kiai sepuh di kalangan warga NU saat itu. Sebelum wafat, ia menjadi pengasuh keempat Pondok Pesantren Darussalam Watucongol, Gunungpring, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Pesantren ini didirikan oleh kakek buyutnya yakni Kiai Abdurrauf bin Hasan Tuqa, pada tahun 1820. Pesantren ini juga pernah ditempati Muktamar NU ke-14, pada tahun 1939. Silsilah Keturunan Bulan kelahiran Mbah Mad belum diketahui secara pasti. Hanya yang pasti ia lahir pada hari Ahad Kliwon, sekitar tahun 1928. Ayahnya adalah Kiai Dalhar Mbah Dalhar yang merupakan kiai kharismatik sekaligus waliyullah. Kiai Abdurrauf adalah salah seorang senapati perang Pangeran Diponegoro. Nasab Kiai Hasan Tuqa sendiri sampai kepada Sunan Amangkurat Mas atau Amangkurat III. Karena itu, sebagai keturunan raja Kiai Hasan Tuqa juga memiliki nama sebutan lain, yaitu Raden Bagus Kemuning. Tempat Doa Restu Pejabat Mbah Mad dikenal sebagai tokoh spiritual yang cukup disegani hampir semua kalangan, dari masyarakat bawah hingga ulama dan tokoh nasional lainnya karena kharisma dan kewalian yang dipercayai masyarakat. Bahkan, ia sering disowani seseorang yang akan maju menjadi pejabat. Mereka biasanya sowan dulu ke Mbah Mad untuk minta doa restu. Bukan hanya itu, tokoh-tokoh nasional dan pejabat negara juga sering berkunjung untuk meminta nasihat kepadanya. Tercatat misalnya, KH Abdurrahman Wahid Gus Dur, Megawati, Jusuf Kalla, Wiranto, Akbar Tanjung dan tokoh-tokoh lainnya tercatat pernah bersilaturrahim ke Mbah Mad. Susilo Bambang Yudhoyono semasa masih aktif dinas di kemiliteran dengan pangkat kapten juga pernah datang kepada Mbah Mad. Mbah Mad merupakan sosok kiai yang memiliki sikap yang luwes. Pergaulannya cukup luas, tanpa memandang perbedaan agama, aliran dan perbedaan lainnya. Wajar jika ia pernah dipercaya menjadi Ketua Paguyuban Umat Beragama Kabupaten Magelang yang anggotanya adalah dari kalangan pemuka lintas agama. Abah Dalhar, abahnya Mbah Mad, dikenal sebagai mursyid Thariqah Assyadziliyyah. Sebelum wafat, Mbah Dalhar menurunkan ijazah kemursyidannya kepada Mbah Mad, di samping kepada Kiai Iskandar Salatiga dan KH Dimyati Banten. Mbah Mad memiliki sedikitnya tiga ribu jamaah yang tersebar di berbagai daerah khususnya di wilayah eks-Karesidenan Kedu Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Temanggung, Wonosobo, Purworejo, dan Kebumen. Berjuang Tak Mengenal Waktu Mbah Mad tidak sekadar menyampaikan ajaran agama dan ibadah, tetapi juga olah jiwa terutama kepada putra-putri serta para santrinya. Meninggalkan tidur malam adalah juga bagian dari riyadah Mbah Mad. Dituturkan Gus Ali – Panggilan KH Agus Aly Qayshar – salah satu riyadah yang dijalankan Mbah Mad adalah melek malam. Di samping itu, ia sangat tekun melakukan ziarah ke beberapa makan auliya dan ulama. Riyadah melekan ini ia jalani sejak kecil hingga menjelang wafat. Ia juga dikenal memiliki kelebihan dari sisi ilmu dibanding kiai pada umumnya. Misalnya, ia bisa mengetahui makam para wali yang sebelumnya tidak diketahui orang sekitar. Bahkan kelebihan ini terlihat sejak dia kecil. Mbah Mad juga diyakini memiliki ilmu laduni. Pasalnya, ia tidak pernah mondok. Meski pernah mondok di Pesantren Al-Wahdah Lasem yang saat itu diasuh KH Baidlawi, namun, ia hanya bertahan tidak lebih dari seminggu. “Abah lebih banyak berguru langsung ke pada abahnya sendiri,” terang Gus Ali. Sepanjang perjalanan hidupnya dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan agama kepada umat. Dalam mengemban tugas mulia mengajarkan ajaran-ajaran syar’i. Mbal1 Mad seolah tidak mengenal tempat, waktu, situasi, dan kondisi. Bahkan di tempat yang sukar dilalui kendaraan, ia tetap bersedia dengan berjalan kaki. Menurut Gus Ali. Mbah Mad sering berpesan kepada putra-putrinya agar selalu menghormati tamu, tidak meremehkan pejabat, serta menyapa kepada semua siapa pun tanpa melihat status sosial maupun agamanya. Mbah Mad memiliki tiga istri yakni Hajah Jamilah almarhum, Hajah Istianah almarhum. dan Hajah Khafshah. Dari pernikahannya, dia dikaruniai 9 anak. yang dua di antaranya sudah meninggal dunia. Cucunya ada 32 orang dan 10 cicit. Mbah Mad menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 82 tahun di Rumah Sakit Harapan Kota Magelang, pagi sekitar pukul WIB, Kamis, 8 Juli 2010 lalu. Hadir dalam acara pemberangkatan jenazah di antaranya KH Maimun Zubair dari Sarang, KH Hamid Baidlawi Rembang, Drs H Lukman Saifuddin Zuhri Wakil Ketua MPR RI, Bupati Magelang Ir H Singgih Sanyoto, Bupati Wonosobo, Walikota Magelang, Ketua DPRD Kabupaten dan Kota Magelang, serta para kiai lainnya. KH Ahmad Abdul Haq Dalhar atau yang sering dipanggil dengan julukan Mbah Mad adalah salah seorang kiai yang cukup disegani banyak kalangan lintas golongan, para ulama, dan pejabat. Sejak kecil, ia dikenal memiliki ilmu yang tidak dimiliki para kiai pada umumnya. Salah seorang putra alm Mbah Mad KH Agus Aly Qayshar menceritakan, salah satu kelebihan Mbah Mad yang dimiliki sejak kecil adalah mengetahui makam para wali yang sebelumnya tidak diketahui oleh masyarakat sekitar. Yang pada awalnya, makam seseorang itu dianggap biasa oleh masyarakat, justru Mbah Mad memberi tahu kalau itu makam seorang wali. Kelebihan ini merupakan warisan dari abahnya, Mbah Dalhar. Mbah Mad adalah seorang ulama yang cukup berpengaruh, terutama di wilayah Magelang. Di mata para kiai dan umatnya, kharisma Mbah Mad sangat tinggi, di samping karena salah seorang kiai sepuh di kalangan warga NU saat itu. Sebelum wafat, ia menjadi pengasuh keempat Pesantren Darussalam Watucongol, Gunungpring, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Pesantren ini didirikan oleh kakek buyutnya yakni Kiai Abdurrauf bin Hasan Tuqa pada tahun 1820. Pesantren ini juga pernah ditempati Muktamar ke-14 NU pada tahun 1939. Bulan kelahiran Mbah Mad belum diketahui secara pasti. Hanya yang jelas ia lahir pada hari Ahad Kliwon, sekitar tahun 1928. Ayahnya adalah Kiai Dalhar Mbah Dalhar yang merupakan kiai kharismatik sekaligus waliyullah. Kiai Abdurrauf adalah salah seorang senapati perang Pangeran Diponegoro. Nasab Kiai Hasan Tuqa sendiri sampai kepada Sunan Amangkurat Mas atau Amangkurat III. Karena itu, sebagai keturunan raja Kiai Hasan Tuqa juga memiliki nama sebutan lain, yaitu Raden Bagus Kemuning. Mbah Mad dikenal sebagai tokoh spiritual yang cukup disegani hampir semua kalangan, dari masyarakat bawah hingga ulama dan tokoh nasional lainnya karena kharisma dan kewalian yang dipercayai masyarakat. Bahkan, ia sering disowani seseorang yang akan maju menjadi pejabat. Mereka biasanya sowan dulu ke Mbah Mad untuk minta doa restu. Bukan hanya itu, tokoh-tokoh nasional dan pejabat negara juga sering berkunjung untuk meminta nasihat kepadanya. Tercatat KH Abdurrahman Wahid Gus Dur, Megawati, Jusuf Kalla, Wiranto, Akbar Tanjung, dan tokoh-tokoh lainnya tercatat pernah bersilaturahim ke Mbah Mad. Susilo Bambang Yudhoyono semasa masih aktif dinas di kemiliteran dengan pangkat kapten juga pernah datang kepada Mbah Mad. Mbah Mad merupakan sosok kiai yang memiliki sikap yang luwes. Pergaulannya cukup luas, tanpa memandang perbedaan agama, aliran, dan perbedaan lainnya. Wajar jika ia pernah dipercaya menjadi Ketua Paguyuban Umat Beragama Kabupaten Magelang yang anggotanya adalah dari kalangan pemuka lintas agama. Abah Dalhar abahnya Mbah Mad, dikenal sebagai mursyid Thariqah Syadziliyyah. Sebelum wafat, Mbah Dalhar menurunkan ijazah kemursyidannya kepada Mbah Mad, di samping kepada Kiai Iskandar Salatiga, dan KH Dimyati Banten. Mbah Mad memiliki sedikitnya tiga ribu jamaah yang tersebar di berbagai daerah khususnya di wilayah eks-Karesidenan Kedu Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Temanggung, Wonosobo, Purworejo, dan Kebumen. Berjuang Tak Mengenal Waktu Mbah Mad tidak sekadar menyampaikan ajaran agama dan ibadah, tetapi juga olah jiwa terutama kepada putra-putri serta para santrinya. Meninggalkan tidur malam adalah juga bagian dari riyadah Mbah Mad. Dituturkan Gus Ali – Panggilan KH Agus Aly Qayshar, salah satu riyadah yang dijalankan Mbah Mad adalah melek malam. Di samping itu, ia sangat tekun melakukan ziarah ke beberapa makan auliya dan ulama. Riyadah melekan ini ia jalani sejak kecil hingga menjelang wafat. Ia juga dikenal memiliki kelebihan dari sisi ilmu dibanding kiai pada umumnya. Misalnya, ia bisa mengetahui makam para wali yang sebelumnya tidak diketahui orang sekitar. Bahkan kelebihan ini terlihat sejak dia kecil. Mbah Mad juga diyakini memiliki ilmu laduni. Pasalnya, ia tidak pernah mondok. Meski pernah mondok di Pesantren Al-Wahdah Lasem yang saat itu diasuh KH Baidlawi, namun ia hanya bertahan tidak lebih dari seminggu. "Abah lebih banyak berguru langsung ke pada abahnya sendiri," terang Gus Ali. Sepanjang perjalanan hidupnya dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan agama kepada umat. Dalam mengemban tugas mulia mengajarkan ajaran-ajaran syar'i. Mbah Mad seolah tidak mengenal tempat, waktu, situasi, dan kondisi. Bahkan di tempat yang sukar dilalui kendaraan, ia tetap bersedia dengan berjalan kaki. Menurut Gus Ali. Mbah Mad sering berpesan kepada putra-putrinya agar selalu menghormati tamu, tidak meremehkan pejabat, serta menyapa kepada semua siapa pun tanpa melihat status sosial maupun agamanya. Mbah Mad memiliki tiga istri yakni Hajah Jamilah almarhum, Hajah Istianah almarhum, dan Hajah Khafshah. Dari pernikahannya, dia dikaruniai 9 anak. yang dua di antaranya sudah meninggal dunia. Cucunya ada 32 orang dan 10 cicit. Mbah Mad menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 82 tahun di Rumah Sakit Harapan Kota Magelang, pagi sekitar pukul WIB Kamis, 8 Juli 2010. Jenazah almarhum dikebumikan di makam Aulia, Gunung Pring, Muntilan, Jawa Tengah. Aji Setiawan, mantan wartawan Majalah alKisah Jakarta Sumber Santri Kanzus Mbah Mad adalah salah seorang kiai yang cukup disegani banyak kalangan lintas golongan, para ulama dan pejabat. Sejak kecil, ia dikenal memiliki ilmu yang tidak dimiliki para kiai pada umumnya. Salah seorang putra alm KH Ahmad Abdul Haq Dalhar Mbah Mad, KH Agus Aly Qayshar, menceritakan, bahwa salah satu kelebihan Mbah Mad yang dimiliki sejak kecil adalah mengetahui makam para wali yang sebelumnya tidak diketahui oleh masyarakat sekitar. Yang pada awalnya, makam seseorang itu dianggap biasa oleh masyarakat, justru Mbah Mad memberi tahu kalau itu makam seorang wali. Kelebihan ini merupakan warisan dari abahnya, Mbah Dalhar. Mbah Mad adalah seorang ulama yang cukup berpengaruh, terutama di wilayah Magelang. Di mata para kiai dan umatnya, kharisma Mbah Mad sangat tinggi, di samping karena salah seorang kiai sepuh di kalangan warga NU saat itu. Sebelum wafat, ia menjadi pengasuh keempat Pondok Pesantren Darussalam Watucongol, Gunungpring, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Pesantren ini didirikan oleh kakek buyutnya yakni Kiai Abdurrauf bin Hasan Tuqa, pada tahun 1820. Pesantren ini juga pernah ditempati Muktamar NU ke-14, pada tahun 1939. Silsilah Keturunan Bulan kelahiran Mbah Mad belum diketahui secara pasti. Hanya yang pasti ia lahir pada hari Ahad Kliwon, sekitar tahun 1928. Ayahnya adalah Kiai Dalhar Mbah Dalhar yang merupakan kiai kharismatik sekaligus waliyullah. Kiai Abdurrauf adalah salah seorang senapati perang Pangeran Diponegoro. Nasab Kiai Hasan Tuqa sendiri sampai kepada Sunan Amangkurat Mas atau Amangkurat III. Karena itu, sebagai keturunan raja Kiai Hasan Tuqa juga memiliki nama sebutan lain, yaitu Raden Bagus Kemuning. Tempat Doa Restu Pejabat Mbah Mad dikenal sebagai tokoh spiritual yang cukup disegani hampir semua kalangan, dari masyarakat bawah hingga ulama dan tokoh nasional lainnya karena kharisma dan kewalian yang dipercayai masyarakat. Bahkan, ia sering disowani seseorang yang akan maju menjadi pejabat. Mereka biasanya sowan dulu ke Mbah Mad untuk minta doa restu. Bukan hanya itu, tokoh-tokoh nasional dan pejabat negara juga sering berkunjung untuk meminta nasihat kepadanya. Tercatat misalnya, KH Abdurrahman Wahid Gus Dur, Megawati, Jusuf Kalla, Wiranto, Akbar Tanjung dan tokoh-tokoh lainnya tercatat pernah bersilaturrahim ke Mbah Mad. Susilo Bambang Yudhoyono semasa masih aktif dinas di kemiliteran dengan pangkat kapten juga pernah datang kepada Mbah Mad. Mbah Mad merupakan sosok kiai yang memiliki sikap yang luwes. Pergaulannya cukup luas, tanpa memandang perbedaan agama, aliran dan perbedaan lainnya. Wajar jika ia pernah dipercaya menjadi Ketua Paguyuban Umat Beragama Kabupaten Magelang yang anggotanya adalah dari kalangan pemuka lintas agama. Abah Dalhar, abahnya Mbah Mad, dikenal sebagai mursyid Thariqah Assyadziliyyah. Sebelum wafat, Mbah Dalhar menurunkan ijazah kemursyidannya kepada Mbah Mad, di samping kepada Kiai Iskandar Salatiga dan KH Dimyati Banten. Mbah Mad memiliki sedikitnya tiga ribu jamaah yang tersebar di berbagai daerah khususnya di wilayah eks-Karesidenan Kedu Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Temanggung, Wonosobo, Purworejo, dan Kebumen. Berjuang Tak Mengenal Waktu Mbah Mad tidak sekadar menyampaikan ajaran agama dan ibadah, tetapi juga olah jiwa terutama kepada putra-putri serta para santrinya. Meninggalkan tidur malam adalah juga bagian dari riyadah Mbah Mad. Dituturkan Gus Ali – Panggilan KH Agus Aly Qayshar – salah satu riyadah yang dijalankan Mbah Mad adalah melek malam. Di samping itu, ia sangat tekun melakukan ziarah ke beberapa makan auliya dan ulama. Riyadah melekan ini ia jalani sejak kecil hingga menjelang wafat. Ia juga dikenal memiliki kelebihan dari sisi ilmu dibanding kiai pada umumnya. Misalnya, ia bisa mengetahui makam para wali yang sebelumnya tidak diketahui orang sekitar. Bahkan kelebihan ini terlihat sejak dia kecil. Mbah Mad juga diyakini memiliki ilmu laduni. Pasalnya, ia tidak pernah mondok. Meski pernah mondok di Pesantren Al-Wahdah Lasem yang saat itu diasuh KH Baidlawi, namun, ia hanya bertahan tidak lebih dari seminggu. “Abah lebih banyak berguru langsung ke pada abahnya sendiri,” terang Gus Ali. Sepanjang perjalanan hidupnya dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan agama kepada umat. Dalam mengemban tugas mulia mengajarkan ajaran-ajaran syar’i. Mbah Mad seolah tidak mengenal tempat, waktu, situasi, dan kondisi. Bahkan di tempat yang sukar dilalui kendaraan, ia tetap bersedia dengan berjalan kaki. Menurut Gus Ali. Mbah Mad sering berpesan kepada putra-putrinya agar selalu menghormati tamu, tidak meremehkan pejabat, serta menyapa kepada semua siapa pun tanpa melihat status sosial maupun agamanya. Mbah Mad memiliki tiga istri yakni Hajah Jamilah almarhum, Hajah Istianah almarhum. dan Hajah Khafshah. Dari pernikahannya, dia dikaruniai 9 anak. yang dua di antaranya sudah meninggal dunia. Cucunya ada 32 orang dan 10 cicit. Mbah Mad menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 82 tahun di Rumah Sakit Harapan Kota Magelang, pagi sekitar pukul WIB, Kamis, 8 Juli 2010 lalu. Hadir dalam acara pemberangkatan jenazah di antaranya KH Maimun Zubair dari Sarang, KH Hamid Baidlawi Rembang, Drs H Lukman Saifuddin Zuhri Wakil Ketua MPR RI, Bupati Magelang Ir H Singgih Sanyoto, Bupati Wonosobo, Walikota Magelang, Ketua DPRD Kabupaten dan Kota magelang serta para kyai lainya

putra putri mbah mad watucongol